Nasihat Untuk Seorang Mujahid
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Haidar As-Sundawy
Nasihat Untuk Seorang Mujahid merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Haidar As-Sundawy dalam pembahasan Kitab Al-Qaulul Mufid karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 5 Rajab 1439 H / 23 Maret 2018 M.
Download juga kajian sebelumnya: Tiga Perkara Yang ditawarkan Kepada Musuh
Kajian Tentang Nasihat Untuk Seorang Mujahid – Kitab Al-Qaulul Mufid
Pada kajian sebelumnya telah kita bahas tentang tiga perkara yang ditawarkan kepada musuh. Setelah bahasan itu, maka timbul sebuah pertanyaan seolah-olah sangat memaksa. Kenapa tidak dibiarkan saja?
Maka jawabannya adalah jika dibiarkan dalam kekafiran dan tidak tunduk kepada pemerintahan kaum muslimin padahal mereka berada didaerah pemerintahan kaum muslimin, mereka akan bebas melakukan kekejian dan kemungkaran. Mereka mabuk, mereka judi, mereka zina dan berbagai kemungkaran yang lain. Maka Amar ma’ruf nahi munkar tidak bisa ditegakkan. Pas tiba adzab Allah untuk mereka, seluruh kaum muslimin yang ada dan dekat dengan mereka akan terkena juga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢٥﴾
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal[8]: 25)
Jadi, jika mereka tidak membayar jizyah, artinya mereka tidak tunduk kepada ketentuan kaum muslimin. Maka mereka banyak melakukan kemungkaran-kemungkaran. Lalu kita lemah karena kita tidak bisa mengingkarinya. Oleh karena itu jika mereka tidak menerimanya, perangi untuk meredam kemungkaran yang mungkin mereka lakukan dikomunitas mereka.
Pembahasan di atas telah diterangkan pada kajian-kajian sebelumnya. Isinya adalah berupa wasiat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para Mujahidin di medan perang. Hal ini agar selama perang tidak menyimpang. Apalagi perang adalah aktivitas atau kondisi yang sangat beresiko. Kalau ketika jihad terjadi penyimpangan, kekeliruan lalu terjerumus kedalam dosa ditengah-tengah jihadnya lalu meninggal, tentu ini bisa su’ul khotimah. Maka sangat diwanti-wanti dan diberikan wasiat untuk para Mujahidin di medan perang.
كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا أَمَّرَ أَمِيرًا عَلَى جَيْشٍ أَوْ سَرِيَّةٍ أَوْصَاهُ فِي خَاصَّتِهِ بِتَقْوَى اللهِ وَمَنْ مَعْهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ خَيْرًا، ثُمَّ قَالَ: اغْزُوا بِاسْمِ اللهِ، في سَبِيلِ اللهِ، قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ، اغْزُوا وَلَا تَغُلُّوا وَلَا تَغْدِرُوا وَلَا تَمْثُلُوا وَلَا تَقْتُلُوا وَلِيدًا وَإِذَا لَقِيتَ عَدُوَّكَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ فَادْعُهُمْ إِلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ -أَوْ خِلَالٍ- فَأَيَّتُهُنَّ مَا أََجَابُوكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ، فَإِنْ أَجَابُوكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ…
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bila menetapkan seorang komandan sebuah pasukan perang yang besar atau kecil, beliau berpesan kepadanya secara khusus untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan berbuat baik kepada kaum muslimin yang bersamanya, lalu beliau mengatakan: “Berperanglah dengan menyebut nama Allah, di jalan Allah. Perangilah orang yang kafir terhadap Allah. Berperanglah, jangan kalian melakukan ghulul (mencuri rampasan perang), jangan berkhianat, jangan mencincang mayat, dan jangan pula membunuh anak-anak. Bila kamu berjumpa dengan musuhmu dari kalangan musyrikin, maka ajaklah kepada tiga perkara. Mana yang mereka terima, maka terimalah dari mereka dan jangan perangi mereka. Ajaklah mereka kepada Islam, kalau mereka terima maka terimalah dan jangan perangi mereka…” (HR. Muslim)
Faidah dari hadits tersebut adalah:
Pertama, wajibnya ikhlas dalam semua amalan. Termasuk dalam hal jihad. Ingatlah bahwa perang itu untuk membela agama Allah. Bukan demi kepentingan duniawi. Bukan menjadikan pelaksanaan agama apapun bentuknya untuk meraih keuntungan duniawi. Termasuk mencari popularitas. Ancaman bagi Mujahidin yang tidak ikhlas ini nyata diterangkan dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka…” (HR. Muslim)
Hadits di atas menekankan wajibnya ikhlas ketika jihad. Bahkan dalam seluruh amalan.
Kedua, hadits ini menjelaskan tentang pentingnya sikap tawakal kepada Allah dalam hal jihad. Ada dua kalimat yang menekankan hal ini. Yaitu, “Berperanglah dengan menyebut nama Allah“. Kalimat kedua yang mengandung faidah wajibnya tawakal adalah yang ada diakhir hadits. Rasulullah bersabda, “kalau mereka yang menolak, maka bertawakal dan perangi mereka.”
Simak Kajian Lengkapnya, Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Nasihat Untuk Seorang Mujahid – Kitab Al-Qaulul Mufid
Podcast: Play in new window | Download
Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama ini ke Jejaring Sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter, Google+ dan yang lainnya. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Anda.
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/31537-nasihat-untuk-seorang-mujahid/